Bahasa Indonesia


Minyak Kelapa Tidak Harus Buruk Bagi Lingkungan

Belum lama ini, Associated Press (AP) mengutip Marcel Silvius, seorang ahli iklim ternama dari Wetlands International di Belanda, yang mengutarakan bahwa minyak kelapa sebagai biofuel adalah suatu kesalahan. Ini bisa jadi adalah pernyataan menyesatkan dan tak membantu usaha untuk memikirkan solusi berguna bagi masalah yang bertumpuk-tumpuk di sekitar penggunaan minyak kelapa.

Sementara saya tidak mengerti apa konteks dari perkataan Silvius (komentar seperti ini sering keluar dari konteks) dan mengenalnya sebagai seorang penulis dan ekologis tropis yang handal, kutipannya yang muncul dalam artikel AP membuatnya lebih mudah bagi kritik-kritik untuk menolak argumen lingkungan pada pengembangan kelapa sawit di Asia Tenggara.

Tampak jelas bahwa minyak kelapa sebagai biofuel bukanlah suatu kesalahan - minyak kelapa berasal dari salah satu tanaman energi yang mungkin paling produktif di planet ini. Satu hektar dari kelapa sawit bisa menghasilkan sekitar 6.000 liter biodiesel mentah. Sebagai bandingannya, kedelai dan jagung masing-masing hanya menghasilkan 446 dan 172 liter per hektar. Masalah pada minyak kelapa bukan terletak pada hasilnya, namun pada bagaimana itu diproduksi. Saat ini banyak dari minyak kelapa di dunia yang berasal dari hutan-hutan di Asia Tenggara - terutama di hutan hujan di Indonesia dengan keanekaragaman hayatinya.

Pengolahan kelapa sawit di Indonesia telah meluas dari 600.000 hektar di tahun 1985 hingga lebih dari 6 juta hektar di awal 2007, dan diperkirakan akan mencapai 10 juta hektar pada tahun 2010. Dengan pertumbuhan yang sangat cepat - dan ruang untuk ekspansi - Indonesia diperkirakan akan menggantikan Malaysia sebagai produsen minyak kelapa terbesar di dunia dalam beberapa tahun ke depan. Kelompok-kelompok lingkungan hidup mengatakan bahwa membuka hutan untuk perkebunan kelapa sawit secara langsung mengancam habitat kunci untuk spesies yang hampir punah seperti orangutan, macan dahan Kalimantan, dan badak Sumatera, mirip dengan memburuknya penebangan liar yang telah merajalela di seluruh wilayah.




Malaysia
Di luar pembukaan hutan untuk kelapa sawit, produksi minyak kelapa kerap menggunakan banyak sekali pupuk yang menghasilkan limbah yang berlimpah, yang dapat membuat aliran-aliran air lokal berpolusi. Ancaman tambahan muncul dari pengubahan lahan gambut yang kaya karbon untuk perkebunan. Mengeringkan lahan gambut ini melepaskan luarbiasa banyak karbon dioksida ke atmosfer - Wetlands International Silvius memperkirakan perusakan ekosistem dan hutan di Indonesia ini sendiri menghasilkan 2 milyar ton CO2 per tahun atau 8 persen dari total emisi anthropogeni dari gas rumah kaca.

Jadi benar, seperti yang dilakukan saat ini, produksi minyak kelapa sering mempunyai dampak negatif yang signifikan pada lingkungan hidup, tapi tetap tampaknya pengembangan perkebunan kelapa sawit tak akan berhenti dalam waktu dekat ini. Pertumbuhannya terus berlangsung karena (1) kekurangan alternatif sumber pendapatan di banyak wilayah di mana sumber energi yang dapat d\iperbaharui tumbuh dan (2) meningkatnya permintaan biofuel dari Cina.

Setelah penggundulan hutan dalam skala besar dan berpindahnya jutaan orang melalui program transmigrasi yang tak terurus dengan baik, ada beberapa pilihan ekonomi di kebanyakan Borneo dan Sumatera, dua pulau dimana saat ini terdapat banyak pengubahan lahan untuk kelapa sawit. Kehilangan pekerjaan di sektor kehutanan, para penduduk desa harus memilih untuk menyerahkan hutan yang tersisa untuk kelapa sawit atau melanjutkan kehidupan yang pas-pasan. Perkebunan kelapa sawit kerap terlihat menawarkan pilihan ekonomi potensial terbaik, terutama dengan meningkatnya permintaan dari Cina.

Sementara para pembuat kebijakan berdebat di Brussel mengenai dampak dari biofuel, tampak jelas bahwa di masa depan Cina akan mengkonsumsi lebih banyak biodiesel dibandingkan Eropa. Dengan permintaan untuk mobil yang naik turun dan negara tersebut menghadapi masalah ketidakleluasaan suplai energi dan polusi, Cina sepertinya bersiap untuk ekspansi besar-besaran pada produksi mobil diesel. Dimana bahan bakar diesel untuk menyalakan kendaraan ini akan berasal? Taruhan pintar akan jatuh pada kelapa sawit di Asia Tenggara dan kedelai di Amazon. Kalau tidak, kenapa lagi para perusahaan yang didukung pemerintah Cina membiayai pengembangan kelapa sawit di Indonesia dan proyek infrastrktur yang menghubungkan pesisir Amerika Selatan dengan jantung Amazon? Potensi dari perkebunan kelaoa sawit yang 'dekat-dengan-rumah' terlalu menggoda.

Menawarkan dorongan pada produsen minyak kelapa

Karena permintaan untuk minyak kelapa tak akan berkurang, pendekatan terbaik Eropa adalah untuk meyakinkan produsen kelapa sawit Indonesia untuk mengolah tanaman mereka dengan cara yang tidak merusak lingkungan hidup, seperti yang dicontohkan oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Ini tak akan dilaksanakan dengan berpegangan tangan atau lingkaran Kumbaya; ini akan terlaksana melalui dukungan finansial - jika tak ada yang meminta minyak kelapa 'hijau', tak akan ada yang memproduksinya. Eropa sebaiknya memberikan informasi pada para produsen bahwa mereka bersedia membeli sejumlah tertentu minyak kelapa (dalam milyaran liter per tahun), jika minyak tersebut tersertifikasi secara independen sebagai minyak kelapa yang diproduksi dengan cara yang ramah lingkungan dan pantas secara sosial. Eropa bahkan mungkin menawarkan harga minimum yang terjamin untuk memuaskan produsen yang bermaksud menahan posisi tawarnya.


Google Earth.


Kalimantan
Dengan meningkatnya produksi dan berkurangnya subsidi pemerintah (lihah di bawah), mungkin saja produksi minyak kelapa yang berkesinambungan tidak semahal yang selama ini kita percaya. Lebih lanjut, pasar yang terjamin untuk minyak kelapa ramah lingkungan akan menyediakan kesempatan untuk inovasi yang selanjutnya dapat mengurangi biaya.

Eropa sebaiknya juga mengikutsertakan pemerintah Indonesia. Mereka seharusnya memaksa Indonesia untuk menghapuskan subsidi bagi perkebunan kelapa sawit yang didirikan di lahan hutan alami, melarang pengembangan dari lahan gambut, dan menyiapkan hutan primer untuk konservasi sebagai ganti dana sesuai dari nilai emisi karbon yang terhindari. (Karena penggundulan hutan menghasilkan gas rumah kaca, mengurangi pembukaan hutan akan menekan emisi pemanasan global.)

Karena Amerika Serikat dan Cina tak akan mengambil langkah awal dari masalah ini, Eropa seharusnya tidak kehilangan kesempatan untuk melakukannya. Di tempat yang hanya terdapat beberapa kesempatan ekonomi untuk sejumlah besar masyarakat yang hidup di kawasan terdegradasi, biofuel hijau dapat bergerak jauh ke arah kemiskinan, lingkungan, dan perubahan iklim global. Mencari jalan untuk menanam kelapa sawit di seluruh daerah gundul yang luas di Indonesia bisa sangat menguntungkan bagi masyarakat lokal seperti perkebunan minyak-kelapa-lingkungan menyita lebih banyak karbon dan menolong lebih banyak spesies kehidupan dibandingkan lahan gundul.

Sekarang saatnya untuk bertindak. Hampir semua orang akan lebih baik denga minyak kelapa yang lebih hijau.


Seperti tradisi di Asia Tenggara, pengolahan kelapa sawit bertanggungjawab atas meluasnya penggundulan hutan yang mengurangi keanekaragaman hayati, mengurangi pelayanan ekologikal yang penting, memperburuk perubahan iklim, dan menjebak para pekerja dalam kondisi yang tak sesuai, bahkan kadang mirip perbudakan. Ini tidak seharusnya terjadi. Melanjutkan contoh-contoh yang telah dikeluarkan oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil dan perusahaan seperti Golden Hope Plantations Berhad, sebuah produsen minyak kelapa Malaysia, kelapa sawit dapat diolah dengan cara yang membantu mencegah perubahan iklim, melindungi keanekaragaman hayati, dan mendatangkan kesempatan ekonomi pada masyarakat miskin di kawasan rural.

Menjaga Hutan Alami

Langkah paling penting dalam mengurangi dampak lingkungan dari minyak kelapa adalah pelarangan terhadap pembangunan perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan alami dan lahan gambut. Pengolahan kelapa sawit di kawasan seperti itu lebih banyak merusak, bukannya mendatangkan kebaikan, baik melalui berkurangnya keanekaragaman hayati dan pelayanan ekologikal (hutan alami) atau melalui pelepasan sejumlah besar karbon dioksida (pengubahan lahan gambut). Perkebunan kelapa sawit seharusnya diarahkan pada lahan pertanian yang ada dan kawasan yang gundul dan telah terdegradasi dengan parah.

Memelihara hutan alami di dekat perkebunan kelapa sawit cukup penting, karena hutan menjadi tempat bernaung para predator hama kelapa sawit dan dapat mengurangi erosi tanah di bagian sisi bukit dan kawasan penangkapan air, sementara juga memperlambat dan mengurangi air yang terbuang.

Mengurangi Asap

Setiap tahunnya asap yang menyesakkan menyebar ke sebagian besar daerah Asia Tenggara. Walau sebagian merupakan akibat dari kebakaran hutan dan lahan gambut, beberapa dari polusi tersebut berasal dari vegetasi yang terbakar di perkebunan kelapa sawit. Dampak ini dapat dikurangi dengan menggunakan teknik "zero burning replanting" yang dilakukan pertama kali oleh Golden Hope Plantations.

Bukannya membakar kelapa sawit yang tak produktif, Golden Hope memotong, menngiris-iris, dan membiarkannya membusuk. Ini membantu menyuburkan tanah untuk tanaman untuk ke depannya - memperpendek masa kosong dna mengurangi kebutuhan akan pupuk kimiawi - dan mengurangi baik "asap" dan emisi gas rumah kaca. Lebih lanjut, menurut teknik tanpa-pembakaran, pembersihan lahan lebih murah (menghemat USD 300-400 per hektar di biaya penanaman) dan tak tergantungg pada kondisi cuaca. Kekhawatiran akan serangan serangga bisa dikurangi dengan menggunakan tanaman polong-polongan, yang juga memperbaiki nitrogen dan meningkatkan kualitas tanah.

Pengendalian Hama





Monokultur di iklim tropis sering mengalami masalah hama - tidak terkecuali perkebunan kelapa sawit. Secara umum, pemilik perkebunan adalah pengguna berat pestisida yang mengotori aliran air dan mempengaruhi kehidupan liar setempat.

Golden Hope telah mengambil pendekatan yang berbeda. Ia telah mengurangi penggunaan kimia dengan cara fokus pada pengendalian biologis, termasuk penggunaan serangga, burung, dan jamur untuk mengatasi hama kelapa sawit umumnya. Golden Hope membangun kotak-kotak rumah burung hantu untuk menarik para burung hantu pemakan hewan pengerat dan menanam spesies pepohonan asli untuk menarik kelelawar dan pemakan serangga lainnya. Saat pestisida benar-benar dibutuhkan, perusahaan menggunakan aplikasi insektisida yang benar-benar terpilih untuk mengontrol hasil terburuk. Karena itu tergantung pada deteksi awal dari hama, aplikasi skala besar jarang dibutuhkan.

Palm-Oil Mill Effluent (POME)

Limbah yang dihasilkan saat menekan buah kelapa sawit saat produksi minyak kelapa mentah adalah masalah yang umum bila menggunakan prosesor. Walau senyawa ini tak beracun, tetap saja tak dapat dibuang ke aliran air setempat dengan aman karena tingginya keasaman yang dikandung. Golden Hope menunjukkan isu ini dengan memberlakukan POME mentah dengan bakteri anaerob yang bisa mengurai cairan menjadi metana (yang bisa kembali diolah sebagai bahan bakar), karbon dioksida, dan air. Perusahaan ini menggunakan POME lebih lama dari biasanya dan menggunakannya sebagai pengganti dari pupuk inorganik. Golden Hope juga membusukkan tempurung-tempurung dan sisa-sisa lainnya dari proses produksi, untuk mengurangi kebutuhan pupuk dengan bahan petroleum.

Teknik lain

Di banyak daerah di Indonesia, dimana terjadi ekspansi perkebunan paling cepat, ada beberapa kekhawatiran serius mengenai dampak kelapa sawit pada tabel air. Golden Hope mencoba meminimalkan resiko ini dengan mengatur penggunaan air secara hati-hati melalui sistem irigasi dan reservoir. Untuk mengurangi erosi, perusahaan menggunakan terasering untuk tumbuhan biji-bijian, yang juga meningkatkan keanekaragaman hayati dan kesuburan tanah.

Penghijauan hutan kembali

Golden Hope mendukung penghijauan hutan kembali di hutan-hutan cadangan, di lereng yang curam, dan di lahan dekat daerah tangkapan, menggunakan spesies setempat - terutama mereka yang memiliki nilai-nilai komersil, medis, kuliner, dan ekologis. Tentang daerah-daerah yang ditanami ini, perusahaan mengatakan bahwa itu bertujuan untuk "meningkatkan sisi menarik mereka dan kemampuan untuk mendukung keberagaman fauna dengan cara menanam spesies pohon makanan yang khas di daerah tersebut" dan "mendorong burung-burung migran untuk tinggal disana dengan membangun tenggeran-tenggeran dan memelihara pohon-pohon tinggi yang mati".

Usaha mereka tampaknya berhasil: survey telah mencatat 268 spesies flora dan fauna, termasuk 87 burung dan 11 mamalia, di perkebunan kelapa sawit. Walau ini masih lebih rendah dari yang ditemukan di daerah hutan primer maupun sekunder, namun ini menunjukkan peningkatan dari lahan gundul atau monokultur lainnya.

Memperluas konsep ini untuk konsesi di bagian lain Indonesia dan Malaysia, pemerintah seharusnya mendorong penyembuhan dari hutan sekunder yang dikembangkan untuk nilai rekreasi, keanekaragaman hayati, dan karbon. Melalui mekanisme penukaran karbon atau "penggundulan hutan yang terhindari", memungkinkan untuk memberikan ganti pada perusahaan-perusahaan demi usaha konservasi hutan. Di luar insentif keuangan langsung, hutan sekunder dapat menghasilkan produk-produk yang berkelanjutan dan pelayanan ekologikal lain untuk para pekerja dan penduduk setempat.

Keadilan Sosial

Sebagian dari masalah terbesar yang terkait dengan produksi minyak kelapa adalah masalah sosial. Walau jelas bahwa perkebunan kelapa sawit memberikan lapangan kerja yang dibutuhkan di Indonesia - terutama Borneo, yang digunakan sebagai contoh di paragraf-paragraf selanjutnya - ada beberapa pertanyaan mengenai keadilan sistem yang ada, yang kadang tampak menjebak para pemilik kebun kecil pada kondisi yang mirip perbudakan.


Indonesia: Profil Lingkungan

Menyelamatkan Orangutan di Borneo

Kenapa kelapa sawit menggantikan hutan hujan?

Kebakaran hutan sebagai hasil dari kegagalan pemerintah di Indonesia

Minyak Kelapa Tidak Harus Buruk Bagi Lingkungan

Borneo: Profil Lingkungan

Kredit karbon

Dapatkah konservasi lahan gambut jadi lebih menguntungkan

Apakah industri minyak kelapa menyesatkan masyarakat?

Strategi baru untuk melestarikan hutan tropis


Konferensi yang mampu berlanjut mengungkap celah di Dewan Minyak Kelapa Malaysia
Cara untuk menyelamatkan hutan hujan Amazon
Ancaman terhadap hutan hujan Amazon di masa depan
Separuh dari ekspansi kelapa sawit di Malaysia, Indonesia terjadi dengan hutan sebagai korban
Boikot minyak kelapa: sebuah pendekatan tidak realistis untuk konservasi keragaman hayati


Oleh Rhett A. Butler. Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh Indie (www.trulyjogja.com).




Indonesia | Tentang situs ini | Foto | Inggris | PDF

©2008 Rhett Butler